BAB I :
PENGERTIAN PSIKOLOGI SOSIAL
Psikologi
sosial adalah cabang ilmu psikologi yang meneliti dampak atau
pengaruh sosial terhadap prilaku manusia. Bidang ini sangat luas,
mencakup berbagai bidang studi dan beberapa disiplin ilmu.
- Psikologi Sosial Menurut Para Ahli
Menurut
Gordon dan Allport (1985), psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan
yang berusaha memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaa,
dan tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh orang lain baik
secara nyata atau aktual, bayangan
atau imajinasi, dan kehadiran yang tidak langsung.
Sarlito Wirawan
telah menyimpulkan beberapa definisi psikologi sosial, membedakan
tiga wilayah studi psikologi sebagai berikut:
- Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu.
- Studi tentang proses-proses individual bersama misalnya bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
- Studi tentang interaksi kelompok.
- Konsep Dasar Psikologi Sosial
Interaksi
sosial manusia di masyarakat, baik itu antar individu, antara
individu dengan kelompok atau antar kelompok, tidak dapat dilepaskan
dari fenomena kejiwaan. Prilaku kejiwaan manusia dalam konteks sosial
ini, merupakan objek psikolog sosial.
- Sejarah Perkembangan Psikologi Sosial
Akar psikologi
sosial diletakkan di akhir 1800-an, ketika psikologi menjadi suatu
disiplin yang berkembang di Eropa. Ketika Perang Dunia Pertama,
banyak psikologi hijrah ke Amerika Serikat. Psikologi mulai muncul
sebagai suatu disiplin yang berbeda pada tahun 1920. Salah satu
pengaruh utama dalam bidang itu adalah Kurt Lewin, yang disebut
“bapak” psikologi sosial oleh beberapa orang.
Kelahiran
psikologi sosial di Indonesia diawali dengan munculnya bagian
psikologi sosial di fakultas psikologi di Universitas Indonesia pada
tahun 1967.
- Persamaan dan Perbedaan Psikologi dengan Psikologi Sosial dan Ilmu Jiwa
Persamaan
psikologi dengan psikologi sosial dan ilmu jiwa yaitu sama-sama
mempelajari jiwa manusia yang tercermin dari tingkah lakunya.
Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:
- Psikologi hanya mempelajari kejiwaan dan ekspresi manusia yang tidak dipengaruhi oleh latar belakang sosial.
- Psikologi sosial menyelidiki gejala psikis manusia dalam hubungannya dengan manusia lain dengan melihat pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku individu.
- Ilmu jiwa dipergunakan adalam artian lebih luas daripada istilah psikologi yang meliputi segala pemikiran, pengetahuan, tanggapan, khayalan dan spekulasi mengenai jiwa itu.
BAB II:
HUBUNGAN PSIKOLOGI SOSIAL DENGAN ILMU-ILMU SOSIAL LAINNYA
Serge
Moscovici, menyatakan bahwa psikologi sosial adalah jembatan di
antara cabang-cabang pengetahuan sosial lainnya sebab psikologi
sosial mengakui pentingnya memandang individu dalam suatu sistem
sosial yang lebih luas.
- Hubungan Psikologi Sosial dan Sosiologi
Sosiologi
adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat. Psikologi
mempunyai hubungan yang sama dengan sosiologi, yaitu mempelajari
tentang keadaan manusia.
- Hubungan Psikologi Sosial dan Antropologi
Antropologi
adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya, dan khususnya
mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan
dihasilkan. Sehingga dapat disimpulkan antropologi mengamati manusia
dan lingkungan (pendekatan eksternal) dan psikologi mengamati serta
mempelajari tingkah laku manusia ( pendekatan internal).
- Hubungan Psikologi Sosial dan Ilmu Politik
Psikologi
sosial mengamati kegiatan manusia dari segi ekstern dan intern untuk
itulah mengapa ilmu politik dapat menganalisis lebih mendalam makna,
peran orang yang kuat serta ciri-ciri kepribadian yang
memungkinkannya memainkan peran besar.
- Hubungan Psikologi Sosial dengan Ilmu Alam.
Pada permulaan
abad ke-19, penelitian psikologi banyak terpengaruh oleh ilmu alam.
Namun, pada dasarnya psikologi scara prinsipil dan secara metodik,
sangatlah berbeda dengan ilmu pengetahuan alam, orang meneliti
objeknya secara murni ilmiah, dengan menggunakan hukum-hukum dan
gejala-gejala penampakan yang bisa diamati dengan cermat. Sebaliknya,
psikologi berusaha mempelajari diri manusia, bukan “objek” murni,
teteapi dalam bentuk kemanusiaannya.
- Hubungan Psikologi Sosial dan Ilmu Filsafat
Filsafat adalah
akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan
sedalam-dalamnya. Filsafat memerlukan data ilmu. Jika ahli filsafat
menyelidiki adakah manusia, gejala tindakan manusia harus diketahui.
Dalam hal ini, ilmu yang bernama psikologi akan menolong filsafat
sebaik-baiknya dengan hasip penelitiannya.
- Hubungan Psikologi Sosial dan Ilmu Pendidikan
Ilmu pendidikan
bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati.
Pendidikan tidak akan berhasil dengan baik jika tidak didasarkan pada
psikologi perkembangan. Hubungan kedua disiplin ilmu ini melahirkan
psikologi pendidikan.
BAB III :
DASAR-DASAR PRILAKU INDIVIDU DALAM MASYARAKAT KELOMPOK SOSIAL
- Individu, Kelurga dan Masyarakat
Dalam pandangan
psikologi sosial, manusia disebut individu bila pola tingkah lakunya
bersifat spesifik dan bukan lagi mengikuti pola tinngkah laku umum.
Keberhasilan menyesuaikan diri sebagai individu dan sebagai bagian
dari masyarakatnya bisa memberikan konotasi tertentu dalam arti
sosial. Artinya, individu tersebut dapat menemukan kepribadiaannya,
atau dengan kata lain, proses aktualisasi sebagai begaian dari
lingkungannya telah terbentuk.
Keluarga
adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini berhubungan dengan
perkembangan individu, yang dikenal dengan primary
group. Kelompok inilah yang
melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam
masyarakat.
Dalam psikologi
sosial, masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu
kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif,
yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masing-masing dalam perkembangannya
masyarakat dikelompokkan dalam 2 golongan, masyarakat sederhana dan
masyarakat maju.
- Perilaku Manusia
Perilaku adalah
tindakan atau aktivitas manusia yang mempunyai cakupan yang sangat
luas. Tindakan manusia biasanya dibagi ke dalam dua kelompok yaitu,
tindakan sadar dan tindakan tidak sadar. Dalam kedua bentuk itu,
hanya tindakan sadar yang dipertanggung jawabkan manusia dihadapan
tuhan yang secara simultan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya dari faktor internal, insting biologis, menimbulkan sikap
rakus, kebutuhan psikologis dan pikiran. Sedangkan faktor
eksternalnya berasal dari lingkungan keluarga, sosial, maupun
pendidikan.
- Manusia dan Lingkungannya
Hidup dan
kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan.
Tuntutan kebutuhan hidup mendorong manusia beradaptasi dengan
lingkungan melalui berbagai cara sesuai kemampuan, bahkan dorongan
ini tidak terbatas pada adaptasi, melainkan memotivasi dan
memberdayakannya melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
BAB IV :
Persepsi Masyarakat dan Pengukurannya
Manusia
mempunyai motif atau dorongan sosial. Dengan adanya motif atau
dorongan sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain
untuk mengadakan hubungan atau interaksi, sehingga memunculkan adanya
interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
- Prasangka
Prasangka
merupakan suatu kekeliruan persepsi terhadapa orang yang berbeda,
atau suatu konsep yang sangat dekat dengan stereotip.
- Psikologi Masyarakat
Dalam,
hal ini Danandjaja (1988) ingin menggabungkan antara gagasan lama
tentang sifat adaptasi pranata sosial terhadap kondisi lingkungan
dengan modifikasi karakterologi psiko anlitik. Apa yang berhubungan
dengan kepribadian tipikal dati suatu kebudayaan adalah kebutuhan
objektif yang dihadapi suatu masyarakat. Agar hubungan itu efektif,
suatu masyarakat perlu menerjemahkannya kedalam unsur-unsur watak
(traits)
dari individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang
harus mereka lakukan. Lepas dari pengertian aslinya, kebudayaan
diartikan sebagai kompleksitas sistem nilai dan gagasan vital yang
menguasai atau merupakan pedoman bagi terwujudnya pola tingkah laku
bagi masyarakat pendukungnya.
- Persepsi Sosial
Dalam
pengertian psikologi, persepsi adalah proses pencarian informasi
untuk dipahami. Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dengan persepsi,
individu dapat menyadari dan mengerti tentang keadaan lingkungan yang
ada di sekitarnya dan juga keadaan diri individu yang bersangkutan.
- Teori Atribusi
Teori ini
mencoba menggambarkan komunikasi seseorang yang berusaha meneliti,
menilai, dan menyimpulkan sebab-sebab dari suatu tindakan atau
tingkah laku yang dilakukan orang lain.
Ada
tiga teori yang berkaitan erat dengan teori atribusi ini, yakni teori
yang berkembang pada bidang psikologi. Pertama, teori yang
dikembangkan sebagai Naive
psychology yang mencoba
mendiskripsikan bagaimana masyarakat bertindak, dan
kedua, Corespondent
Inference, yang menekankan pada
pengkajian intensional, dan ketiga Covariation
Model, yang mencoba menjelaskan
tindakan seseorang dengan mengajukan pertanyaan sekitar konsensus,
konsistensi, dan perbedaan serta kemampuan untuk mengontrol.
BAB V :
SIKAP SOSIAL DAN PERUBAHANNYA
Sikap
(attitude)
merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas
unsur sikap, baik sebagai individu maupun kelompok.
- Hubungan Sikap dan Prilaku
Sikap yang
dilakukan oleh setiap individu sangatlah berpengaruh terhadap
perilaku individu. Kecenderungan individu untuk melakukan tindakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungkan sehingga menghasilkan
pembentukan perilaku atau kebiasaan serta konsistensi sikap dan
prilaku yang disimpulkan oleh Worchel dan Cooper (1983) bahwa sikap
dan perilaku bisa konsisten apabila ada kondisi spesifikasi sikap dan
perilaku, relevansi sikap terhadap perilaku, tekanan normatif, dan
pengalaman.
- Interaksi Sosial
Interaksi
sosial menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang
menyangkut hubungan antar orang-orang perorangan, antara
kelompok-kelompok, maupun antar orang perorangan dengan kelompok.
Interaksi sosial tidak selalu ditandai dengan mengadakan kontak muka
atau berbicara, tetapi interaksi sosial bisa terjadi manakala
masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam perasaan orang-orang yang bersangkutan,
yang disebabkan. Hal itu menimbulkan kesan dalam pikiran seseorang,
yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya. Dalam
hal ini, setidaknya memenuhi syarat adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi.
Bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama, akomodasi sebagai suatu
usaha meredakan pertentangan, akulturasi atau perubahan kebudayaan,
asimilasi yang ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi
perbedaan antara kelmpok-kelompok yang bergaul cukup lama, persaingan
yang ditimbulkan oleh perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas, dan
pertentangan yang berusaha untuk menentang pihak lawan guna mencapai
tujuan. Secara rinci, benruk-bentuk interaksi sosial adalah sebagai
berikut:
- Kerja sama (coorperation).
- Bargaining adalah pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang.
- Cooptation adalah suatu penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan baru dalam organisasi atau kehidupan poitik.
- Coalition adalah penggambungan dua organisasi atau lebih untuk mencapai tujuan bersama.
- Joint venture adalah kerja sama dalam pendirian atau penyelesaian proyek-proyek tertentu.
- Akomodasi.
- Coercion adalah suatu akmodasi yang prosesnya dilaksanakan secara paksaan, dimana salah satu pihak menguasai pihak lain.
- Compromise adalah suatu akomodasi dimana pihak-pihak yang saling berlawanan saling mengurangi tuntutannya dengan mengadakan kesepakatan-kesepakatan.
- Arbitation adalah penyelesaian melalui pihak ketiga apabila masing-masing pihak yang bertentangan tidak mampu menyelesaikan sendiri.
- Mediation adalah penyelesaian sengketa yang menyerupai arbitation, tetapi pihak ketiga hanya sebagai perantara dan tidak mempunyai kewenangan mengambil prakarsa.
- Conciliation adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih, agar tercapai persetujuan bersama.
- Toleration adalah bentuk akomodasi tanpa persetujuan bersama untuk menghindari perselisihan.
- Stalemate (buntu) adalah pihak-pihak yang saling bertentangan karena mempunyai kekuatan seimbang dan berhenti pada suatu titik tertentu ketika terjadi pertentangan.
- Adjudication adalah penyelesaian perkara atau sengketa melalui pengadilan.
- Akulturasi terjadi apabila suatu kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu berinteraksi dengan unsur-unsur kebudayaan asing yang dibawa kelomok lain, sehingga lambat laun unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan yang telah ada.
- Asimilasi.
Faktor-faktor
yang mempersulit terjadinya asimilasi, antara lain:
- Perbedaan ciri-ciri badaniah.
- Identitas sosial khas yang terus menerus dipertahankan.
- Dominasi ekonomi dan kelompok tertentu.
- Terisolasinya kelompok tertentu dalam suatu kawasan, akan menyulitkan pembauran asimilasi.
- Persaingan.
- Pertikaian atau pertentangan.
Bentuk-bentuk
pertentangan, antara lain:
- Pertentangan pribadi.
- Pertentangan rasial.
- Pertentangan anatara kelas-kelas sosial.
- Pertentangan politik.
- Pertentangan yang bersifat internasional.
- Komunikasi
Komunikasi
terjadi ketika sinyal-sinyal membawa pesan yang berisi informasi
antara sumber (sender)
dan penerima (receiver).
Semua sistem komunikasi, tanpa memandang sederhananya atau
kerumitannya, berlangsung dengan prinsip yang sama. Sistem ini
mencerminkan adaptasi spesies terhadap kepentingan aspek ekologis
tertentu dimana komunikasi mempertahankan daya tahan hidupnya. Bahasa
dapat dianggap sebagai hal yang sejenis, dari adaptasi yang sama.
Sistem-sistem komunikasi menggunakan 2 jenis sinyal, yakni tanda
(sign)
dan simbol (symbol).
Sign adalah isyarat-isyarat yang secara kausal berhubungan dengan
pesan yang disampaikan. Sedangkan simbol, adalah produk dari
kesepakatan sosial.
Dalam
komunikasi manusia, sinyal-sinyal mengungkapkan sesuatu yang
menyatakan bahwa hal tersebut memiliki makna. Semua bahasa mampu
menumbuhkan sejumlah pesan yang bermakna tanpa batas yang berasal
dari sinyal-sinyal yang terbatas. Bahasa memungkinkan untuk
berkomunikasi tentang sesuatu yang jauh dari ruang dan waktu, atau
yang hanya ada dalam imajinasi.
Empat
paradigma komunikasi. Pertama, The
Encoding-Decoding Paradigm dengan
penggunaan kata-kata, frase-frase, dan kalimat-kalimat untuk
menyampaikan makna. Kedua, The
Intentionalist Paragdim dengan
memahami bahasa komunikasi sebagai sebuah proses dimana pembicara
meng-encode ide-idenya
dalam kata, frase, dan kalimat, dan pendengar
meng-decode sinyal-sinyal
ini agar mengerti ide-ide yang terkandung didalamnya
Ketiga, Perspective-Taking
Paradigm dengan memahami
dan mengidentifikasi niat komunikatif yang melandasi ucapan yang
tidak diragukan lagi karena orang tidak selalu menganggap dunia ini
secara sama. Keempat, Dialogic
Paradigm dari sudut pandang
dialogis, percakapan merupakan model untuk komunikasi, dan pertukaran
yang komunikatif mencerminkan pencapaian bersama oleh para
partisipan, yang bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan
komunikasi.
- Kelompok
Menurut
Show (1979), kelompok adalah “as
two or more people who interact with and influence one other”,
yakni satu atau dua orang anggotanya saling berinteraksi satu dengan
yang lain, dan karenanya saling mempengaruhi. Kelompok menggunakan
caranya sendiri untuk mempengaruhi individu, biasanya dengan norma
atau aturan-aturan yang ada didalamnya. Norma dalam rumah,
masyarakat, dan kebudayaan, perusahaan atau organisasi secara umum
inilah salah satu faktor yang membuat kita terpengaruh untuk
memunculkan perilaku berbeda ketika sedang berada dalam kelompok.
BAB VI :
PRASANGKA SOSIAL
- Prasangka
Menurut
Sears, individu yang berprasangka pada umumnya memiliki sedikit
pengalaman pribadi dengan kelompok yang diprasangkai. Prasangka
cenderung tidak didasarkan pada fakta-fakta objektif, tetapi
didasarkan pada fakta-fakta yang minim, yang diinterpretasikan secara
subjektif. Ciri-ciri prasangka sosial menurut Brigham (1991) dapat
dilihat dari kecenderungan individu untuk membuat kategori sosial.
Kategori sosial adalah kencenderungan untuk membagi dunia sosial
menjadi dua kelompok, yaitu “kelompok kita” (in
group) dan “kelompok mereka”
(out group).
Sumber penyebab prasangka sosial terhadap kelompok tertentu bukanlah
suatu tanggapan yang dibawa sejak lahir tetapi merupakan sesuatu yang
dipelajari.
Dampak
prasangka sosial dapat menjadikan seseorang atau kelompok tertentu
tidak mau bergabung atau bersosialisasi dengan kelompok lain. Apabila
kondisi tersebut terdapat dalam oragnisasi, hal itu akan
mengangganggu kerja sama yang baik sehingga upaya pencapaian tujuan
oragnisasi kurang dapat terealisir dengan baik.
- Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi orang lain.
Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi segala tindakan
yang dilakuakan seseorang atau sesuatu badan, yang menyebabkan gerak
dari warga masyarakat.
Beberapa
kualitas yang membedakan pemimpin dan pengikutnya antara lain
pemimpin cenderung lebih unggul dalam kemampuan membantu kelompok
meraih tujuan dan pemimpin cenderung punya keterampilan interpersonal
yang membantu menyesuaikan interaksi kelompok. Menurut kaum dinamika
kelompok, perlu adanya ciri kecakapan umum yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin agar interaksi kelompok dapat berjalan lancar dan
produktif.
- Masa Remaja dan Sikap
Berdasarkan
tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat terjadinya
perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundanmental dalam
aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi selama masa remaja tidak selalu dapat
diselesaikan dengan baik. Namun, pada dasarnya, semua kesukaran dan
persoalan yang muncul pada fase perkembangan remaja ini dapat
diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orang tua, guru, dan
masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan
mental remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.
- Pembentukan dan Pengaruh Sikap
Pengaruh sosial
sering membentuk sikap kita jauh sebelum kita pernah berjumpa dengan
objek sikap tersbut. Pengaruh sosial dimaksud, menurut Azwar
(1995:30), adalah faktor-faktor yang akan membentuk sikap manusia,
yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap
penting, media massa, intitusi atau lembaga pendidikan agama serta
faktor emosi dalam diri individu.
BAB VII :
PENGARUH SOSIAL DAN KONTROL PRIBADI
- Konformitas
Konformitas
adalah suatu jenis pengaruh sosial
dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai
dengan norma sosial
yang ada. Aturan-aturan yang mengatur bagaimana individu seharusnya
dan sebaliknya berperilaku disebut dengan norma sosial.
Aturan-aturan ini juga kerap kali memberikan efek yang kuat pada
tingkah laku individu. Awalnya kecenderungan yang kuat terhadap
konformitas yang membuat kita mengikuti harapan masyarakat atau
kelompok mengenai bagaimana seharusnya kita bertindak di berbagai
situasi, membuat kita menghindari kekacauan social secara sengaja.
Berdasarkan
penelitian-penelitian Solomon Asch, banyak orang melakukan
perilaku-perilaku tertentu yang sesuai dengan norma sosial
atau norma kelompok walaupun hal tersebut tidak mereka yakini sebagai
suatu kebenaran yang dilakukan.
- Kesepakatan
Kesepakatan
adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang meliputi permintaan langsung
dari seseorang kepada orang lain. Prinsip-prinsip dasar kesepakatan
antara lain, pertemanan dan rasa suka, komitmen dan konsistensi,
kelangkaan, timbal balik atau resiprositas, validasi sosial, dan
kekuasaan.
- Kepatuhan
Kepatuhan
adalah suatu bentuk pegaruh sosial dimana seserang hanya perlu
memerintahkan satu orang lain atau lebih untuk melakukan satu atau
beberapa tindakan.
- Indoktrinasi Intensif
Indoktrinasi
intensif adalah suatu proses yang dilalui individu untuk menjadi
anggota suatu kelompok ekstrem dan menerima kepercayaan serta
aturan-aturan dari kelompok tanpa banyak bertanya.
Indoktrinasi
intensif berhasil dilakukan dikarenakan satu hal yang pasti, yaitu
berkurangnya kapasitas perhatian. Kelompok ekstrem menggunakan
beragam taktik memastikan bahwa anggota baru tidak mampu berpikir
secara hati-hati atau sistematis. Hal ini akan memudahkan mereka
untuk dipengaruhi oleh usaha-usaha kelompok dalam membentuk ulang
sikap dan tingkah laku mereka. Hal tersebut dilakukan dengan cara
seperti membuat anggota baru kelelahan (misalnya, kurang tidur atau
gizi yang buruk), terangsang secara emosional, dan terisolasi dari
kehidupan mereka yang lampau.
BAB VIII :
KETERTARIKAN INTERPERSONAL DAN DAYA TARIK FISIK
- Ketertarikan Interpersonal
Ketertarikan
interpersonal adalah sikap seseorang mengenai orang lain dimana
ketertarikan meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar
dari sangat suka hingga sangat tidak suka. Semakin dekat jarak fisik,
semakin besar pula kemungkinan dua orang atau lebih yang mengalami
kontak secara langsung dan mengalami repeated
exposure.
Repeated
exposure adalah kontak yang
terjadi secara terus-menerus dengan sebuah stimulus. Riset Zajonc
membuktikan bahwa paparan berulang terhadap stimulus apapun yang
sedikit negatif, netral atau positif akan berakibat pada meningkatnya
evaluasi positif terhadap stimulus tersebut.
- Kedekatan Afektif: Emosi Positif dan Negatif
Keadaan
emosional kita, apa pun itu, dapat memengaruhi persepsi, kognisi,
motivasi, pengambilan keputusan, dan ketertarikan interpersonal.
Berbagai penelitian memperlihatkan bahwa emosi positif dan negatif
mewakili dua dimensi terpisah dan berdiri sendiri yang terefleksikan
pada penilaian diri.
Pemisahan emosi
semacam ini memungkinkan kita untuk memberikann aspek yang signikan
dimana afek positif memungkinkan kita untuk mncari dan mengeksplorasi
aspek baru dalam lingkungan. Sementara itu, di saat yang bersamaan,
afek negatif membantu kesiagaan dan kemungkinan mundur jika
diperlukan.
- Pengaruh manipulasi efek
Sangat jelas
terlihat bahwa evaluasi interpersonal kita dipengaruhi oleh
faktor-faktor afektif, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sementara itu, informasi negatif juga dapat memengaruhi evaluasi
negatif. Sebuah informasi negarif dapat memberi pengaruh yang cukup
besar terhadap reduksi evaluasi positif yang diasumsikan sebelumnya.
- Teori Ketertarikan
Ada beberapa
teori yang bisa menjelaskan mengapa manusia bisa saling tertarik satu
dengan yang lain. Teori-teori tersebut adalah:
- Teori kognitif
Teori kognitif
menekankan proses berpikir sebagai dasar yang menentukan tingkah
laku.
- Teori penguatan
Teori pengutan
berusaha menemukan bagaimana ketertarikan datang untuk pertama
kalinya. Dasar teori ini cukup sederhana, yaitu orang ditarik oleh
hadiah dan ditolak dengan hukuman.
- Teori interaksionis
Teori ini
dikembangkan dalam situasi alamiah di mana suatu keputusan selalu
dihubungkan kepada situasi sosial di mana seseorang menemukan dirinya
sebagai suatu konsep.
- Daya tarik fisik
Daya tarik
fisik memliki karakteristik yang dapat diamati lainnya dalam
memengaruhi evaluasi awal interpersonal adalah fisik, berat badan,
gaya perilaku, pemilihan makanan, nama depan, karakteristik lain yang
superfisial. Daya tarik fisik memengaruhi berbagai jenis evaluasi
interpersonal, termasuk rasa suka, penilaian terhadap bersalah dan
tidak bersalah di pengadilan dan hal-hal lainnya.
BAB IX:
KEBUTUHAN AFILIASI DAN PERSAHABATAN
- Kebutuhan Afiliasi
Kebutuhan
afiliasi adalah motif dasar untuk mencari dan mempertahankan relasi
interpersonal.
- Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhan Afiliasi
Pada titik ini,
tampak bahwa motif afiliasi eksplisit mendorong timbulnya interaksi
pada konteks sosial, seangkan motif afiliasi implisit mendorong
timbulnya interaksi pada kontek interpersonal yang dekat.
- Efek dari Kebutuhan Afiliasi Terhadap Tingkah Laku Sosial
Beberapa hasil
riset memperlihatkan fakta-fakta seperti dibawah ini:
- Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung menulis banyak surat dan lebih sering menelpon.
- Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung tertawa lebih banyak dan secara fisik tetap dekat dengan orang lain.
- Individu yang memilki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung untuk menghindar berkomentar negatif kepada rekan kerja.
- Persahabatan
Persahabatan
adalah suatu hubungan antar pribadi yang akrab atau intim yang
melibatkan setiap individu sebagai suatu kesatuan.
- Persahabatan dan Hubungan Pertemanan
Hubungan
pertemanan merupakan hasil dari suatu hubungan formal dan suatu
tingkat permulaan dalam perkembangan suatu persahabatan.
- Persahabatan VS. Pertemanan
Keduanya
memerlukan beberapa ukuran di mana interaksi disini bersifat suka
rela. Hubungan pertemanan tidak memiliki cita rasa keunikan dan
individualitas yang merupakn ciri pershabatan. Persahabatan dan
hubungan perteman berada dalam hal keakraban dan keintiman di antara
anggotanya. Persahabatan harus dipelihara agar tetap hidup. Hubungan
pertemanan merupakan pendahuluan atau titik permulaan suatu
persahabatan.
BAB X:
PERILAKU AGRESI
- Agresi
Istilah agresi
sering kali disamaartikan dengan agresif. Agresif menurut Baron
(dalam koeswara,1998) adalah tingkah laku yang dijalankan oleh
individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain,
Psikologi tidak
dapat mendiamkan gejala-gejala ini berlalu begitu saja. Agresi adalah
perilaku-perilaku yang sangat penting dalam psikologi, khususnya
psikologi sosial, karena pengaruhnya sangat besar, baik terhadap
individu maupun kelompok.
- Apa dan Bagaimana Agresi?
Sepintas lalu,
setiap prilaku yang merugikan atau menimbulkan korban pada pihak
orang lain dapat disebut sebagai perilaku agresif. Namun ternyata,
perilaku agresif itu banyak ragamnya. Peran kognisi sangat besar
dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif atau tidak
agresif hal ini dapat dibedakan dengan atribusi yang menyertai suatu
keadaan. Suatu perbuatan dikatakan agresif jika diberi atribut
internal yang terdiri dari adanya niat, intensi, motif atau
kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Sedangkan
perilaku dikatakan tidak agresif jika termasuk dalam hal atribusi
eksternal yakni karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau
tidak sengaja.
- Pengaruh Kepribadian dan Kondisi Fisik
Salah
satu teori sifat (trait)
mengatakan bahwa orang-orang dengan tipe kepribadian A kompetitif,
selalu buru-buru, ambisius, dan cepat tersinggung lebih cepat menjadi
agresif daripada orang dengan kepribadian B ambisinya tidak tinggi,
sudah dengan keadaannya sekarang, cenderung tidak terburu-buru (Glass
1977). Hal ini bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di
India.
- Cara atau Teknik dalam Mengontrol Agresi
- Penanaman Moral yang dilakukan sejak usia dini dan melibatkan pihak yang memikul tanggung jawab dalam proses sosialisasi.
- Pengembangan tingkah laku nonagresi.
- Pengembangan kemampuan memberikan empati.
0 Komentar:
Post a Comment