Kepemimpinan
Visioner
Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan “school
based management” dan didambakan bagi produktivitas pendidikan adalah
kepemimpinan yang memiliki visi (Visionary Leadership) yaitu
kepemimpinan yang kerja pokoknya difokuskan pada rekayasa masa depan
yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan (agent of change) yang
unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas, menjadi
pelatih yang profesional dan dapat membimbing personil lainnya ke arah
profesionalisme kerja yang diharapkan. Pemimpin yang bervisi merupakan syarat
kepimimpinan di era otonomi, dimana organisasi harus menampilkan kekuatan dan
ciri khas budayanya menuju kualitas pendidikan yang diharapkan.
Konsep Visi
Visi tercipta dari kreativitas pikir pemimpin sebagai
refleksi profesionalisme dan pengalaman pribadi
atau sebagai hasil elaborasi pemikiran mendalam dengan pengikut/personel lain,
yaitu berupa ide-ide ideal tentang citacita organisasi di masa depan yang ingin
diwujudkan bersama.Lee Roy Beach (1993:50) mendefinisikan visi sebagai
berikut:" Vision defines the ideal future, perhaps implying
retention of the current culture and the activities, or perhaps implying
change. (Visi menggambarkan masa depan yang
ideal, barangkali menyiratkan ingatan budaya yang
sekarang dan aktivitas, atau
barangkali menyiratkan perubahan)Terbentuknya visi
dipengaruhi oleh pengalaman hidup, pendidikan,pengalaman professional,
interaksi dan komunikasi, penemuan keilmuan serta
kegiatan intelektual yang membentuk pola piker (mindset)
tertentu (Gaffar,1994:56).
Visi merupakan peluru bagi kepemimpinan visioner. Visi
berperan dalam menentukan masa depan organisasi apabila diimplementasikan
secara komprehensif. Dengan demikian visi terbentuk dari perpaduan antara
inspirasi, imajinasi insight, nilai-nilai informasi, pengetahuan dan judgement.
Teori Kepemimpinan Visioner
Visionary Leadership muncul sebagai respon dari
statement “the only thing of permanent is change” yang menuntut pemimpin
memiliki kemampuan dalam menentukan arah masa depan melalui visi. Visi
merupakan idealisasi pemikiran pemimpin tentang masa depan organisasi
yang shared dengan stakeholders dan merupakan kekuatan kunci bagi
perubahan organisasi yang menciptakan budaya yang maju dan antisipatif
terhadap persaingan global.
Benis dan Nanus, (1997:19) mendefinisikan Visi
sebagai: “Something that articulates a view of a realistic, credible,
attractive future for the organization, a cobndition that is beter in some
important ways than what now exists”. Secara umum dapat kita katakan
bahwa visi adalah suatu gambaran mengenai masa depan yang kita inginkan
bersama. Visionary Leadership didasarkan pada tuntutan perubahan zaman
yang meminta dikembangkannya secara intensif peran pendidikan dalam menciptakan
sumber daya manusia yang handal bagi pembangunan, sehingga orientasi visi
diarahkan pada mewujudkan nilai comparative dan kompetitif peserta didik
sebagai pusat perbaikan dan pengembangan sekolah.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam
mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan
mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai
hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini
sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan
melalui komitmen semua personil.
Agar menjadi pemimpin yang visioner, maka seseorang
harus :
(a) Memahami Konsep Visi. Visi adalah
idealisasi pemikiran tentang masa depan organisasi yang merupakan kekuatan
kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan budaya dan perilaku organisasi
yang maju dan antisipatif terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman. “Visionary
leadership” adalah visi kepemimpinan yang harus dimiliki berdasarkan
rambu-rambu tersebut di atas untuk mewujudkan sekolah
yang bermutu.
(b) Memahami Karaktersitik dan Unsur
Visi. Suatu visi memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) memperjelas arah dan tujuan, mudah
dimengerti dan diartikulasikan,
(2)
mencerminkan cita-cita yang tinggi dan menetapkan standar of excellence,
(3) menumbuhkan
inspirasi, semangat, kegairahan dan komitmen,
(4) menciptakan
makna bagi anggota organisasi,
(5)
merefleksikan keunikan atau keistimewaan organisasi,
(6) menyiratkan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi,
(7) konstektual
dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan lingkungan
dan sejarah perkembangan organisasi yang bersangkutan.
(c) Memahami Tujuan Visi. Visi yang baik
memiliki tujuan utama yaitu:
(1) memperjelas
arah umum perubahan kebijakan organisasi,
(2) memotivasi karyawan
untuk bertindak dengan arah yang benar,
(3) membantu proses mengkoordinasi tindakan-tindakan
tertentu dari orang yang berbeda-beda.
Langkah-langkah Menjadi Visionary
Leadership
Visi harus disegarkan sehingga tetap sesuai dan
sepadan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Karena itu visi
dalam konteks ini merupakan atribut utama seorang pemimpin. Adalah tugas dan
tanggungjawab pimpinan untuk melahirkan, memelihara, mengembangkan, menerapkan,
dan menyegarkan visi agar tetap memiliki kemampuan untuk memberikan respons yang
tepat dan cepat terhadap berbagai permasalahan dan tuntutan yang dihadapi organisasi.
Jelaslah bahwa visi itu ternyata berproses, dapat direkayasa dan ditumbuhkembangkan.
(a) Penciptaan
Visi
Visi tercipta dari hasil kreatifitas pikir pemimpin
sebagai refleksi profesionalisme dan pengalaman pribadi atau sebagai hasil
elaborasi pemikiran mendalam dengan pengikut/personil lain berupa ide-ide ideal
tentang cita-cita organisasi di masa depan yang ingin diwujudkan bersama .
(b) Perumusan Visi
Kepemimpinan visioner dalam tugas perumus visi adalah
kesadaran akan pentingnya visi dirumuskan dalam statement yang jelas agar
menjadi komitmen semua personil dalam mewujudkannya sehingga pemimpin berupaya mengelaborasi
informsi, cita-cita, keinginan peribadi dipadukan dengan citacita/ gagasan
personil lain dalam forum komunikasi yang intensif sehingga menghasilkan
kristalisasi visi organisasi. Visi perlu dirumuskan dalam statement yang jelas
dan tegas dan perumusannya harus melibatkan stakeholders dengan fase kegiatan
sebagai beirkut:
(1) pembentukan dan perumusan visi oleh anggota tim
kepemimpinan
(2) merumuskan strategi secara konsensus
(3) membulatkan sikap dan tekad sebagai total
commitment untuk mewujudkan
visi ini menjadi suatu kenyataan.
(c)
Transformasi Visi
Kemampuan membangun kepercayaan melalui komunikasi
yang intensif dan
efektif sebagai upaya shared vision pada stakeholders,
sehingga diperoleh sense of
belonging dan sense of ownership .
(d) Implementasi Visi
Implementasi visi merupakan Kemampuan pemimpin dalam
menjabarkan dan
menterjemahkan visi ke dalam tindakan. Visi merupakan
peluru bagi kepemimpinan visioner. Visi berperan dalam menentukan masa depan
organisasi apabila diimplementasikan secara komprehensif. Kepemimpinan yang
bervisi
bekerja dalam empat pilar sebagaimana dikatakan Nanus
(2001), yaitu: (1)
Penentu Arah, (2) Agen Perubahan, (3) Juru Bicara, (4)
Pelatih dan komunikator.
Komunikasi dalam Kepemimpinan
Pengertian komunikasi atau communication
berasal dari bahasa latin communis atau dalam bahasa inggrisnya common berarti
sama. Apabila kita berkomunikasi berarti kita dalam keadaan berusaha untuk
menimbulkan suatu persamaan dalam hal sikap dengan seseorang. Jadi pengertian
komunikasi secara harfiah adalah proses menghubungi atau mengadakan
perhubungan.
Dalam komunikasi diperlukan
sedikitnya tiga unsur yaitu sumber
(source), berita atau pesan (message), dan sasaran (destination). Sumber dapat
berupa individu atau organisasi komunikasi. Berita atau pesan dapat berupa
tulisan, gelombang suara atau komunikasi arus listrik, lambaian tangan, bendera
berkibar, atau benda lain yang mempunyai arti. Sasaran dapat berupa seorang
pendengar, penonton, pembaca, anggota dari kelompok diskusi, mahasiswa, dan lain-lain.
Komunikasi organisasi dapat
didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Komunikasi
organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan,
memelihara, dan mengubah organisasi. Struktur organisasi cenderung mempengaruhi
komunikasi, dengan demikian komunikasi dari bawahan kepada pimpinan sangat
berbeda dengan komunikasi antar sesamanya.
Di dalam organisasi dikenal dengan
susunan organisasi formal dan informal.
Komunikasi formal mengikuti jalur hubungan formal mengikuti jalur
hubungan formal yang tergambar dalam struktur organisasi. Komunikasi informal
arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi
yang ada dalam organisasi tersebut.
Di dalam sebuah organisasi pemimpin
adalah sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki
kemampuan komunikasi yang efektif sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang
partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga harus piawai dalam melakukan
komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi verbal adalah
komunikasi yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata, sementara komunikasi
non verbal adalah komunikasi yang tidak disampaikan dengan menggunakan
kata-kata, berisi penekanan, pelengkap, bantahan, keteraturan, pengulangan,
atau pengulangan informasi verbal. Komunikasi verbal yang baik dapat dilakukan
dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan, dan lembut. Komunikasi non
verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak
misalnya kebenaran, keadilan,etika, dan agama secara non verbal misal
menggunakan bahasa tubuh.
2.
Fungsi Komunikasi kepemimpinan
Menurut weihric dan Koontz ada 6 fungsi yaitu :
·
Menetapkan
dan menyebarkan tujuan organisasi
·
Mengembangkan
rencana untuk mencapainya
·
Mengorganisasi
SDM dari sumber-sumber lain untuk menciptakan cara yang paling efektif dan
efisien
·
Memilih,
mengembangkan, dan menilai anggota-anggota dari organisasi
·
Mengarahkan,
mengatur, memotivasi, dan menciptakan suatu iklim dimana para komunitas
bersedia untuk berkontribusi
·
Mengontrol
aksi/tindakan/kineria
Menurut Robbins ada 4 fungsi utama komunikasi yaitu :
·
Kendali
(control/pengawasan)
·
Motivasi
·
Pengungkapan
emosional
·
Informasi
3.
Hambatan-hambatan dalam komunikasi kepemimpinan
a.
Hambatan dalam proses komunikasi pada umumnya
·
Hambatan
yang bersifat geografis
Proses komunikasi yang terjadi antar dua individu atau
lebih akan mudah berlangsung jika kedu-duanya berada dalam tempat yang tidak
berjauhan. Tetapi bila berjauhan maka aka nada kesulitan-kesulitan yang akan
dihadapi.
·
Hambatan yang
bersifat biologis
Yaitu dikarenakan perbedaan biologis manusia contohnya
panca indra, tidak semua punya panca indra lengkap/normal.
·
Hambatan
yang bersifat teknis
Didapati pada alat-alat komunikasi massa yang tidak
selamanya bekerja dengan normal/sempurna
·
Hambatan
yang bersifat sosil-budaya
Ada pertentangan paham/ideology di antara golongan
dalam masyarakat sehingga sulit dipertemukan.
b.
Hambatan komunikasi yang berhubungan dengan penugasan kerja
·
Apa yang di
katakana kepada bawahan
Komunikasi biasanya akan lancer bila menyangkut
kepentingan pribadi/nasib bawahan dan sebaliknya
·
Kapan hal
itu dikatakan
Apabila informasi disampaikan dalam waktu yang sudah
kadaluarsa maka komunikasi tidak akan berhasil baik
·
Cara
mengatakan
Apabila informasi disampaikan dengan kata-kata yang
baik, ramah, menaruh kepercayaan pada bawahan maka komunikasi akan berjalan
dengan baik begitu pula sebaliknya.
4.
Urgensi Komunikasi Kepemimpinan
a.
Untuk mengirimkan penetapan-penetapan kebijaksanaan dan instruksi-instruksi
melalui tingkatan-tingkatan
b.
Untuk mengembalikan saran-saran
c.
Untuk memberitahukan tentang tujuan-tujuan organisasi kepada bawahan secara
menyeluruh .
0 Komentar:
Post a Comment